Sunday 15 May 2011

merekam sejarah di Lokananta

Sebelum membaca tulisan ini, ada pertanyaan besar tentang apa sih Studio Lokananta? seberapa pentingnya studio tersebut menjadi salah satu postingan di sini. Saya menyadari bahwa Mungkin banyak sekali dari teman-teman pembaca yang tidak mengetahui studio Lokananta. Hal itu wajar sekali karena keberadaan Studio Lokananta jarang sekali terekspos media. Sekedar pengantar saja, Lokananta adalah studio pertama di Indonesia. Studio ini juga memiliki peran besar dalam dunia komunikasi dan jurnalisme pada awal-awal berdirinya Republik Indonesia.     
Studio Lokananta berdiri sejak zaman demokrasi Liberal tahun 1956. Diresmikan oleh Menteri Penerangan saat itu, Sudibyo, studio tersebut diberi nama: Pabrik Piringan Hitam Lokananta, Jawatan Radio Kementrian Penerangan Republik Indonesia. Nama Lokananta tersebut diberikan oleh R. Maladi seorang komponis yang ikut menggagas keberadaan studio tersebut. Arti kata Lokananta sendiri kurang lebih berarti "Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh".  
Pekerjaan pokok Lokananta adalah memproduksi dan mereplikasi siaran dengan media piringan hitam. Piringan hitam tersebut kemudian diserahkan ke Radio Republik Indonesia untuk disiarkan kepada khalayak luas. Sehingga masyarakat bisa mendengar lagu dan musik dari asal dan luar daerah asalnya.
Produksi piringan hitam tadinya hanya berputar antara Lokananta dan RRI saja.  Akan tetapi, atas permintaan masyarakat, Lokananta mengkomersilkan piringan hitam. Hal itu dilakukan Lokananta dua sampai empat tahun pascapendirian studio. Pemasaran piringan hitam tersebut masih lewat RRI dengan label Lokananta. Selain piringan hitam, Lokananta pun kemudian memproduksi cassette audio. Maka sejak memproduksi rekaman audio dalam bentuk pita kaset, produksi dalam bentuk piringan hitam dihentikan.
Potensi penjualan yang cukup menjanjikan membuat pemerintah menjadikan status Lokananta sebagai perusahaan negara di bawah Departemen Penerangan lewat Peraturan Pemerinah nomor 215 tahun 1961. Dalam perjalanannya, mengalami banyak dinamika politik. Lima tahun sebelum kejatuhan rezim Soeharto diterbitkan peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1993 tentang pengalihan bentuk perusahaan negara lokananta menjadi perusahaan perseroan (persero). Lokananta pun sempat dilikuidasi pada tahun 1997 karena ketidakjelasan kinerja perusahaan.
Pada tahun 2001 ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden dikeluarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 24 tahun 2001 tentang pencabutan peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1993 tentang pengalihan bentuk perusahaan negara lokananta menjadi perusahaan perseroan (persero) dan pembubaran perusahaan negara lokananta. Surat tersebut dikeluarkan karena pemerintah merasa penurunan kinerja dan tidak memadainya modal kerja Perusahaan Perseroan Negara Lokananta membuat peraturan pemerintah sebelumnya pada tahun 1993 mengenai Lokananta harus dicabut.
Pembubaran Perusahaan membuat studio Lokananta benar-benar semakin terlantar tanpa induk semang. Barulah pada  tahun 2004 ada inisiatif yang membuat Studio Lokananta kembali memiliki kepastian status bergabung dengan Perusahaan Umum Percetakan Negara. Sebuah penantian panjang sejak tahun-tahun berat dilikuidasi pada tahun 1997 dan pembubaran perseroan Lokananta pada tahun 2001.
Saat  ini Lokananta menyimpan banyak sekali arsip lagu-lagu daerah dari seluruh pelosok Indonesia.  Diantara dari koleksi tersebut adalah musik Gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara, dan lain-lain. Masih banyak pula lagu-lagu yang tidak teridentifikasi siapa penciptanya. Selain itu ada pula arsip lagu-lagu pop dan keroncong yang Lokananta simpan. Lokananta pun memiliki rekaman asli beberapa penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Maimun. Total ada lima ribuan lagu rekaman daerah dan pop yang disimpan oleh Lokananta.
Beberapa waktu lalu tentu kita masih ingat tentang klaim Negara Malaysia tentang lagu rasa sayange. Klaim lagu follklore asal Maluku tidak bersasar yang dilakukan oleh Malaysia sangat mudah dipatahkan oleh Studio Lokananta. Karena Lokananta sejatinya memiliki piringan hitam rekaman asli lagu rasa sayange. Bagaimana lagu rasa sayange bisa diklaim oleh Malaydsia diduga kuat karena ada pembagian piringan hitam duplikasi lagu rasa sayange pada setiap kontingen Asian Games tahun 1962 yang diadakan di Jakarta.
Masih soal Malaysia, Lokananta juga pernah memberikan pernyataan bahwa lagu nasional mereka juga sebuah gubahan dari lagu asli Indonesia. Lagu Negaraku milik Malaysia ternyata adalah gubahan dari lagu Terang Bulan. Dalam catatan arsip di Lokananta, disebutkan bahwa lagu tersebut termasuk lagu rakyat yang sangat populer puluhan tahun sebelum direkam pertama kali di RRI.
"Introduksi maupun nadanya sama persis. Hanya temponya diubah sedikit. Sedangkan syairnya diubah disesuaikan untuk kebutuhan negara Malaysia. Syairnya semula sangat umum karena memang itu lagu hiburan, diubah menjadi sangat patriotik," ujar Kepala Perum Lokananta Surakarta, Ruktiningsih, Detik.com Jumat (28/8/2009).
Beliau juga mengatakan bahwa lagu Terang Bulan telah direkam pada tahun 1956 di RRI jakarta. Sedangkan seperti yang telah diakui oleh dunia Internasional, Malaysia baru merdeka setahun kemudian tangal 31 Agustus 1957. Walaupun Hasil rekaman di RRI tersebut baru dimasukkan ke piringan hitam oleh Lokananta pada tahun 1965.
Kini Lokananta memiliki dua puluh orang karyawan tetap yang tetap setia membesarkan nama institusi walau dalam keadaan yang tidak terlalu baik. Lokananta terus berjuang bertahan hidup dengan usaha menjual lagu-lagu, baik dari kaset, CD, ataupun VCD. Selain itu menyewakan studio mini bahkan lapangan futsal. Lokananta mencoba keluar dari pakem musiknya karena keadaan ekonomi studio dari penjualan kaset dan CD tidak lagi begitu menjanjikan. Selain itu subsidi yang tidak mumpuni dari instansi pusat terkait membuat Lokananta harus mandiri mencari tambahan revenue studio.










Pernah mendengar suara pembacaan teks proklamasi? Biasanya kita mendengarkan pembacaan teks proklamasi disertakan foto Soekarno kala membaca teks tersebut. Sehingga seakan-akan terlihat seperti video utuh.akan tetapi, faktanya adalah suara pembacaan teks proklamasi tersebut baru direkam empat tahun pascakemerdekaan. Salah satu pegawai RRI bernama Yusuf Kranadipura menemui Soekarno dan memintanya untuk membacakan kembali teks proklamasi sembari direkam. [akangdewan]
daftar situs referensi
http://bit.ly/mGV6O1
http://bit.ly/kEytfa
http://bit.ly/lkb1sq
http://bit.ly/mJLnIA

No comments:

Post a Comment