Tuesday, 12 April 2011

Dewi kini telah tiada


Di salah satu sore kota Yogyakarta yang damai itu, kami dikejutkan meninggalnya salah satu pasien RSUP Dr. Sardjito karena penyakit Anemia Aplastik-nya. Anemia Aplastik adalah penyakit yang membuat sum-sum tulang penderita tidak lagi mampu memproduksi semua jenis darah yang dibutuhkan tubuh. Hidup seorang penderita Anemia Aplastik memang selalu bergantung kepada darah orang lain yang didonorkan darah kepada dirinya.



Nama pasien tersebut adalah Dewi Sulistyani. Umurnya masih sangat muda, lima belas tahun, dan kini berstatus sebagai murid kelas sepuluh sekolah menengah atas di kota Banjarnegara. Di usianya yang masih sangat belia, ia harus berjibaku dengan tubuhnya sendiri yang tidak lagi mampu memproduksi darah bagi kelangsungan hidupnya. Takdir tak bisa ditolak, ia pun harus berbaring di rumah sakit karena kondisi kesehatannya semakin menurun.



Menurut penuturan orang tuanya, Dewi sudah 2 pekan lebih berada di RSUP Dr. Sardjito dan total telah meminta lebih dari lima puluh kantung darah. OSKA sebagai salah satu rekanan tim dokter bangsal anak di RSUP Dr. Sardjito telah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan darahnya selama dua pekan tersebut. Satu hal yang menjadi hambatan pencarian donor untuk Dewi adalah fakta bahwa dirinya bergolongan darah AB. OSKA memang tidak selalu mampu memenuhi permintaan darah untuk Dewi yang selalu sepuluh kantong setiap permintaan. Terkadang terpenuhi semua dan ada pula saat kami hanya mampu mendatangkan lima pendonor dr permintaan sepuluh kantong darah AB.



Mencarikan donor tanpa kita mengenal si pasien yang kita carikan donornya memang aneh. Tapi hal itu lah yang OSKA lakoni. OSKA mendapatkan info tentang kebutuhan darah pasien hanya dari tim dokter dari bangsal anak yang menangani pasien yang membutuhkan donor seperti Dewi. Walaupun, sebenarnya OSKA pun sesekali menyempatkan diri untuk menjenguk pasien yang sedang dibantukan pencarian donornya.

Selain itu, dinamika pencarian donor itu memang sangat dinamis. Karena soal donor juga berarti soal nilai humanisme yang ada pada diri setiap manusia. Hanya dengan sms yang kami kirimkan ke teman yang ada di phonebook, teman-teman tidak segan untuk minimal membantu menyebarkan sms itu. Bahkan dengan kecanggihan broadcast message yang dimiliki salah satu smartphone, sms itu kemudian menyebar ke luar kota hingga luar pulau. Percaya atau tidak permintaan untuk mendonorkan darah sangat massif datang dari Jakarta, Bandung, Lampung, Balikpapan, Surabaya, Malang, Semarang, dll. Animo ini mengindikasikan bahwa apapun yang berkenaan dengan nilai kemanusiaan itu tak mengenal batasan tempat.




Walaupun pada perjalanan kegiatan ini, tidak jarang kami pun dicurigai melakukan bisnis gelap jual beli darah. Sebuah kegiatan yang mungkin sedang marak dilakukan sehingga kami pun ikut dicurigai berbuat demikian. Untunglah ketika kami coba jelaskan duduk permasalahannya mereka mau mengerti dan mau ikut mendonorkan darahya. Terkadang, sebagai balas jasa pencarian donor kami, keluarga pasien mencoba memberikan lembaran-lembaran biru kepada OSKA. Akan tetapi, sebagai organisasi sosial kami harus menolak secara halus todongan lembaran biru tersebut. Dokter yang sedang piket pun membantu menjelaskan bahwa OSKA tidak menerima uang karena motivasi organisasi ini adalah menolong bukan mencari uang.

Hingga akhirnya Perjuangan Dewi pun harus berakhir ketika takdir telah meminta ruhnya untuk kembali ke haribaan sang Pencipta. Setelah sedemikian kasus pendarahan yang tak kunjung berhenti di tubuh dewi. Pendarahan usus yang tidak bisa dihentikan dan mimisannya yang tak kunjung berhenti membuat kondisi Dewi semakin hari semakin lemah. Keping darah khususnya yang diproduksi untuk melakukan pembekuan darah tidak lagi dimiliki Dewi. Itu menjadi salah satu alasan mengapa kondisi Dewi terus menerus memburuk. salah satu cara untuk mengatasi mimisannya, hidung dewi harus ditutup oleh kapas dan perban. Untuk duduk pun dia tidak mampu, tubuhnya sudah demikian lemah. Saking lamanya dia dirawat di rumah sakit pun membuat selang infusnya tidak lagi berada di tangan tapi di punggung kakinya.


Hingga akhirnya berita duka itu pun meluncur dari sms salah satu dokter kepada kami. Ya Allah berikan dia pengampunan-Mu dan tempatkan Dewi di tempat terbaik menurut-Mu. Semoga keluarga Dewi diberikan ketabahan dan keringanan menghadapi kepergian anaknya.


 

Ps: dalam sepekan terkahir hingga tulisan ini dibuat, ada tiga orang anak yang meninggal termasuk Dewi. Semoga diberikan keberkahan di sisa hidup mereka.

No comments:

Post a Comment